SELAMAT DATANG

Semoga apa yang di sajikan pada halaman ini dapat bermanfaat bagi kita semua, karena manusia yang paling baik adalah manusia yang memberi manfaat pada sesamanya

20 Juni 2009

BELAJAR BAHASA INDONESIA

Oleh

Eddy Djumardi Djukardi

(YAYASAN KAWEDRI)

Bagi mereka yang berumur 70 dan 80-an judul diatas tidaklah aneh. Memang pada waktu itu bahasa Indonesia belum begitu berakar pada pemuda-pemuda kita. Diantara mereka kebanyakan berbahasa daerah, atau berbahasa Belanda. Mungkin ini adalah hasil politik penjaja kita, yang lazim disebut “etische politiek”. Nyatanya tidak ada bahasa yang sekarang telah menjelma menjadi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Kami sejak disekolah dasar sudah dicekoki dengan bahasa Belanda. Memang bagi mereka yang ada dalam “bevoorrechte positie” hal ini sengaja dianjurkan supaya mereka mendapat kedudukan yang menguntungkan, apalagi dalam hal penggajian atau dalam kedudukan sosial. Kami berbahasa Belanda, terasa atau tidak, sudah menjadi korban politik penjajahan. Bagi sebagian dari kami malahan tidak terasa bahwa pemuda-pemuda kita terbius untuk hanya berbahasa Belanda. Kami malahan sudah bermimpi dalam bahasa Belanda.

Sekolah pada waktu itu ada bermacam-macam. Sekolah dasarpun ada berbagai ragam : ada Sekolah Angka 2, Sekolah Lanjutan Desa, Sekolah Schakel, HIS, HSC, Europese Lagere School dsb. Sedang sekolah lanjutan ada: MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), HBS, Lyceum, Gymnasium (sekolah yang konkordan dengan sekolah di Negeri Belanda). Sekolah Tinggi ada beberapa, yaitu Technische Hogeschool di Bandung, Medische Hoge- School, Rechtshoge School, dan sesudah Belanda diduduki oleh Jerman ditambah dengan fakultas kesusastraan, kedokteran hewan, fakultas Pertanian, dll.

Guru-guru pada jaman kolonial juga banyak ragamnya. Guru di sekolah tertentu harus mempunyai diploma tertentu, harus ada kemampuan untuk memberi pelajaran tertentu. Namun pelajaran bahasa Belanda habis bersamaan dengan peristiwa 8 Maret 1942, ketika pihak Sekutu ditaklukkan oleh tentara Jepang. Penjajahan terus dialami oleh kita dan sekarang giliran balatentara pendudukan Jepang. Cengkeramannya bahkan lebih hebat dan buas. Segala macam dirampas dan diambil oleh Jepang, termasuk segala macam perhiasan.

Mereka yang selalu punya beras di lumbung, malahan banyak yang kelaparan. Namun dibalik segala yang berbau mineur itu ada “blessing in disguise”. Kita bersekolah dengan bahasa perantara bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi berkembang, dan kita dipaksa untuk berfikir secara Indonesia. Tetapi secara kenasionalan, kita masih belum mencapai persatuan. Selama diduduki Jepang, kepulauan Indonesia dipecah-belah. Pulau Jawa diduduki angkatan darat Jepang, sedang kepulauan lainnya oleh angkatan atau satuan lainnya, Alhamdulillah kita ada kemampuan untuk mempersatukan Indonesia, yaitu dengan adanya bahasa Persatuan, bahasa Indonesia.

Saya tidak tahu apakah diyakini oleh militer Jepang bahwa bangsa Indonesia tetap ingin bersatu, sesuai dengan hari Sumpah Pemuda. Akhirnya keadaan politik dan strategi militer Jepang mengakui untuk memerdekakan Indonesia di kelak kemudian hari. Hari itu tak kunjung datang, sampai akhirnya kita memerdekakan Indonesia negara kita sendiri para tanggal 17 Agustus 1945. Sekarang kita bebas, seolah-olah dapat berbuat semau kita sendiri. Tetapi sesuai ungkapan “vrijheid is gebondenheid”. Marilah didalam kebebasan kita, kita pergunakan bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa persatuan untuk selamanya. Amin.

Anda sedang membaca artikel tentang BELAJAR BAHASA INDONESIA dan anda bisa menemukan artikel BELAJAR BAHASA INDONESIA ini dengan url http://sundapeople.blogspot.com/2009/06/belajar-bahasa-indonesia-oleh-eddy.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel BELAJAR BAHASA INDONESIA ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link BELAJAR BAHASA INDONESIA sumbernya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kritik dan Saran